Malam ini semakin larut menunggu sang kunang-kunang menyapa
membiaskan cahaya terang rembulanku di saat gelisah
menanti dan menunggu sebuah keniscayaan dalam kelam
berharap lilin terang itu menerangi relung jiwa yang terpasung
meski kadang gelap ini begitu hampa
karena tanpamu wahai sang bulan dengan cahayamu
berpancar berganti-ganti warna menyibakkan sisi gelam malam ini
menyapa, tertawa dalam dekapan cintamu yang mengiris kalbu
andaikan bulan tak lagi bercahaya lagi di senja gelap ini
melengkapi setiap detak jantung dan langkah lelah
menghibur diri meski tawa tiada meriah lagi
membangkitkan asa yang masih saja terpendam
wahai bulan merindu bintang
bertenggerlah selamanya di atas panorama hatiku
menorehkan cinta lembut semilirnya alam hakiki
menjadi keindahan yang tak berarti
akan tetapi bulan itu semakin redup bahkan hampir mati
dalam selaksa mimpi yang tak kunjung tergapai
berpadu dengan jenus dan rasa lelah
melebur menyatu membingkai hidup yang hampir lusuh
kini aku yang memandangmu dalam kedamaian
mulai menutup mata hati ini lebih dalam lagi
agar kehadiranmu yang lama kutunggu tak lagi menyesakkanku
demi dirimu rembulan purnama yang ayu