Terengah-engah pelarianku hampir surut
hati pun berdebar seakan singa lapar memburuku
menghantui seok-seok kaki ini meninggalkanmu
luluh, tak berdaya laksana terkungkung dalam lumpur
tapi tak kan ku biarkan hati ini patah
menjadi kepingan-kepingan receh
yang tak lagi laku termakan usia
memohon dan meronta tapi tak dianggap
hilang nyawa meski jantung ini berdenyut
darahpun kehilangan kendali
keluar dengan semaunya
pucat pasti tak ada asa lagi
tapi, sayang di sayang diriku bukanlah seonggok sampah
tiap orang meludah dan menggapku hina
memejamkan mata dan melempar pandangan
seperti dirimu kala itu
tak kan kubiarkan pisau ini tumpul
patah dan terbuang
sebelum ku robek jala-jala penjebak
yang membuat rusa tak bergerak
dalam keharmonisan cinta
yang takkan punah
meski dia tak sempurna